Terungkapnya fakta ini tentu saja mengejutkan penduduk Qalqiliya. Mereka benar-benar tak menyangka Walid Husayin (26) adalah pelakunya. Ini sungguh tak disangka karena Husayin tak lain adalah putra seorang cendekiawan muslim. Ia juga dikenal sebagai pemuda pendiam yang rajin salat Jumat berjamaah. Sehari-hari ia bekerja di tempat cukur rambut milik ayahnya. Penyelidikan aparat membuka aktivitas yang dilakukan Husayin di waktu luangnya: mem-post berbagai argumen anti-agama di Internet. Gara-gara ulahnya ini, Husayin ditahan dan diancam hukuman penjara seumur hidup. Bahkan, beberapa orang menuntut ia supaya dihukum mati."Ia harus dihukum di depan publik, untuk jadi pembelajaran bagi lainnya," kata Abdul-Latif Dahoud (35), seorang penduduk Qalqiliya. Saat beraksi di blog dan akun Facebook, Husayin menggunakan identitas samaran. Suatu hari, ulahnya dipergoki sang ibu yang langsung memutus sambungan Internet di rumah mereka. Namun, Husayin tak berhenti juga. Dia lantas beralih ke warung internet--kesalahan besar yang membuatnya tertangkap. Pemilik warnet, Ahmed Abu-Asal, mengaku curiga dengan polahnya yang biasa menghabiskan waktu tujuh jam sehari di unit komputer paling pojok di warnetnya. Yang paling terluka atas kasus ini adalah keluarga Husayin. Dengan hati hancur, sang ayah menghiba agar media tak gila-gilaan memberitakan anaknya itu. Dua sepupu Husayin, yang tak bersedia disebutkan namanya, mengungkapkan, pemuda ini menderita depresi karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Mereka bilang ibu Husayin pasrah anaknya dihukum seumur hidup. Ini demi menjaga kehormatan keluarga dan yang lebih utama, untuk melindungi pemuda itu dari aksi main hakim sendiri oleh warga yang marah.

0 komentar:
Post a Comment